Jumat, 01 Juni 2012

Sejarah Kota Pasangkayu


Pasangkayu adalah ibukota Kabupaten Mamuju Utara dimana merupakan salah satu Kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Propinsi Sulawesi Selatan yang ditetapkan pada hari Senin pukul 12.15 WIB tanggal 27 Januari 2003 melalui Sidang Paripurna DPR-RI.

Kabupaten Mamuju Utara terbentuk sebagai sebuah daerah pemekaran dari Kabupaten Mamuju sebagai Kabupaten induk yang pada awalnya daerah ini adalah satu kecamatan yakni Kecamatan Pasangkayu, selanjutnya dengan adanya perkembangan wilayah dimekarkan menjadi empat kecamatan yakni Kecamatan Sarudu, Kecamatan Baras, Kecamatan Pasangkayu dan Kecamatan Bambalamotu.

Sebagai tindak lanjut amanah undang-undang nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persayaratan Dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, Penggabungan Daerah, maka terbentuklah daerah otonom baru yakni Kabupaten Mamuju Utara

Cerpen Remaja

Dia Bukan Untukku

Awal masuk sekolah pasti ada MOS yaitu Masa Orientasi Siswa. Aku menginjak ke SMP, bersama teman-teman SD ku dulu aku berkumpul dan membicarakan tentang MOS. “Gadis…,” begitu teman-teman memanggilku. “teman-teman,” kataku menghampiri mereka. “kamu gugus mana?” tanya Vhe, temanku. “ini aku cari-cari namaku gak ketemu-ketemu,” kataku mengusap keringat yang membasahi wajahku. “ya udah kita cari sama-sama yuk,” ajak Ze, temenku. Kami bertiga mencari namaku yang semenjak tadi tak ketemu-ketemu. “Gadis, sini deh,” kata Ze memanggilku. “ada namaku?” tanyaku penasaran. “ini nih kita satu gugus, Gadis Grittenatha Gladia, Zeazahra Modhyantias, Vhealovin Jhuastian,” kata Ze membaca nama kita bertiga. “wah, hebat kau Ze. Dari tadi aku cari-cari gak ketemu,” kataku memuji Ze. “ya udah kita masuk yuk,” ajak Vhe.



Hari pertama MOS itu sangat membosankan bagiku. Apa lagi harus berpanas-panasan untuk upacara pembukaan MOS. Banyak korban pingsan di lapangan sekolah itu. Tenggorokanku mulai kering dan sungguh membuat kepalaku menjadi pusing. Tak lama, aku merasa sudah tak berdaya dan jatuh pingsan. Tak lama aku membuka kedua mataku dan ternyata aku berada di UKS sekolah. Bersama anggota PMR yang menjadi kakak kelasku waktu itu. Aku masih lemas untuk beranjak dari tempat tidur. Dua sahabatku datang menjengukku. Dan aku di tuntutnya untuk berjalan menuju kelas.

Sampai di kelas aku menerima materi awal-awal perkenalan. Kutatap wajah seorang cowok yang berada di seberang mejaku saat itu. Sebelum materi di mulai, absensi siswa MOS saat itu di percepat. Berpasang-pasangan. Dan tak kusangka namaku dipanggil dan cowok yang berada di sampingku tadi juga maju dan ternyata dia bernama Arezaldhi Birasanjaya. Setelah tanda tangan kehadiran, kami kembali ke tempat duduk semula.

Materi pembelajaran untuk jam pertama sudah usai saatnya istirahat. Aku, Vhe, dan Ze menyergap kantin sekolah dan berdesak-desakan. Dan kulihat lagi cowok yang mempunyai nama Arezaldhi Birasanjaya sedang asyiknya ngobrol dengan teman barunya di depan kelas. Sepertinya aku merasakan yang namanya cinta pada pandangan pertama. Sudah 15 menit waktu untuk istirahat. Waktunya masuk kembali untuk bermain dan belajar.

MOS sudah berjalan tiga hari. Hari ini adalah hari terakhir MOS. Dengan aturan hari ini, aku memakai kaos kaki berbeda warna, dengan rambut yang di kucir sangat banyak seperti orang gila. Semua murid MOS mengikuti upacara penutupan MOS. Hari yang panas. Terasa seperti di panggang. Banyak korban pingsan di lapangan itu. Akhirnya upacara penutupan MOS dipercepat.


***


Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Bisa bertemu banyak teman baru. Mereka semua baik kepadaku. Saat aku berkenalan dengan salah satu temanku yang bernama Algea Radista, mataku teralihkan oleh satu sosok yang mungkin pernah aku kenal. Saat ku tatap pekat wajahnya ternyata dialah Arezaldhi Birasanjaya. “Dia kan,” gumamku dalam hati. “halo?Kenapa melongo gitu Dis?” tanya Gea sambil melambai-lambaikan tanganya di depan wajahku. “emm,” aku tersentak olehnya. “kenapa?” tanya Gea penasaran. “oh, ga… gak pa… papa,” kataku gagap. Gea memandangiku dengan wajah bingung. Seperti otaknya penuh dengan tanda tanya. “Gadis…,” sapa Ze dan Vhe. “ehh kalian,” kataku memandang Ve dan Zhe. Vhe dan Ze tersenyum manis kepada Gea. “ini Gea,” kataku memperkenalkan. “aku Vhe,” kata Vhe memperkenalkan dirinya. “aku Ze,” kata Ze juga memperkenalkan dirinya. “so beautiful,” kata Vhe memuji kecantikan Gea. “thank you very much,” kata Gea menjawab pujian Vhe dengan malu.


Aku, Vhe, Ze, dan Gea sudah berteman sangat lama. Sudah lima bulan aku masuk di kelas 7 C. Bersama-sama dengan ketiga sahabatku itu. Tiba-tiba perbincanganku tersentak oleh sosok cowok yang memasuki kelasku. Dia…… Dia…… “Dis, kenapa melongo?” gertak Ze. “eemm, eh, eng… enggak papa,” kataku gugup. “kenapa sih?” tanya Gea. “iya, pelit banget gak mau ngasih tau,” tanya Vhe semakin mendesak. Mereka bertiga melihatku memandangi Arezaldhi sejak tadi. “oo, itu toh yang buat kamu melongo,” ucap Gea menggentakkan jantungku. “siapa, mana?” kataku bertanya-tanya dengan ragu. “itu tuh,” kata Gea menyenggol lenganku dan melirik Arezaldhi. “apaan?”. “sok gak tau nih,” gertak Gea lagi. Aku semakin salah tingkah dibuatnya. Sosok cowok itu pun pergi meninggalkan kelasku. “siapa emangnya?” tanya Vhe dan Ze bersamaan. “Arezaldhi,” kata Gea. “kamu suka ya Dis?” tanya Ze ingin tau. “sok tau kamu Ge,” kataku. “uhuui, jatoh ci’inta agi,” ledek Ze. “apaan sih kalian?” kataku meninggalkan mereka bertiga yang semakin meledekku.


Suatu hari acara ulang tahun sekolahku. Setiap kelas harus menampilkan minimal satu pementasan. Semua teman kelasku memilihku untuk menyanyi solo. Tapi aku seorang remaja yang demam panggung. Dan aku pun ditemani oleh Gea yang suaranya lumayan bagus walaupun nggak sebagus suaraku… hehehe J. Malam ulang tahun itu tiba yang memang bertepatan dengan hari ulang tahunku. “grogi aku Ge,” kataku sambil gemeteran. “enjoy saja Dis,” kata Gea memberiku semangat. “aku bener-bener demam panggung,” kataku dengan keringat dingin. “nanti ada Reza kan yang ngeliat?” ejek Gea. “jadi nama panggilanya Reza,” kataku sedikit tersenyum. “iya.” Hari yang membuatku di selimuti oleh kegerogian yang luar biasa. Karena aku dan Gea akan mewakili kelasku untuk memberikan penampilan yang terbaik.


Acara itu pun dimulai. Dimulai dari kelas 9 lalu dilanjutkan kelas 8 lalu menuju kelas 7. Penampilan yang begitu spektakuler telah ditampilkan dengan penuh semangat. Beribu-ribu tepuk tangan mengiri suasana tersebut. Tiba giliran kelas 7 C yang menampilkan aktrasinya. Jantungku semakin berdebar dengan kencang. Keringat bercucuran ke seluruh badan. Dengan genggaman erat tangan Gea aku dengan gugupnya menaiki panggung dan mengecek mikrofon. Tepuk tangan pun mulai terdengar. Seolah aku tak bisa membayangkan diriku nanti. Dentuman musik R&B mulai terdengar. Dalam hitungan detik syair lagu akan mulai dinyanyikan. Gea dengan semangat dan PD-nya menari-nari happy, sedangkan aku … ????


Keringat bercucuran dari tubuhku. Keringat dingin menyelimuti seluruh tubuhku. Dengan perasaan yang tak karuan aku mulai melantunkan lagu kesukaanku itu. Siswa-siswa bertepuk tangan lama kelamaan aku merasa semakin enjoy. Saat aku menyanyi, aku melihat Reza tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumanya yang tak kalah manis hehe J. Lagu itu pun usai ku nyanyikan. Pertunjukan kurang dua kelas lagi. Ada yang dans, drama, nyanyi, pelawak, sampai dengan band.


Hari itu hari yang menyenangkan bagiku. Melihat ia tersenyum kepadaku membuatku semakin bersemangat. “Gadis,” sapa Ze. “Eh, Ze. Yang lain kemana?” kataku balik tanya. “tuh,” kata Ze menunjuk Vhe dan Gea. Vhe dan Gea melambaikan tanganya kepadaku dan Ze. Tiba-tiba Ze menarik tanganku meninggalkan tempat itu. “Gadis, Ze. Mau kemana?” tanya Gea. “bentar aja,” teriak Ze dari kejauhan. Gea mengajakku ke tempat yang sepi, dan Ze tampak serius memandangku. “apa kamu bener suka Reza?” tanya Ze menatap kedua mataku. Aku tidak tau harus berkata apa. Semua kebingunan merasuki otakku. Aku terdiam mematung. “iya,” kataku lirih.

“aku punya informasi tentang si Reza itu,” ungkap Ze. “info apa?” tanyaku kebingungan. “dia sudah mempunyai pacar,” kata Ze berbisik kepadaku. “kamu tau dari siapa?” tanyaku sedih. “kamu tau Viona Adelima kan?” kata Ze menguatkan. “ya.” “dialah pacarnya,” kata Ze. Aku sedikit ragu dan meneteskan air mata. “kenapa aku mencintai orang yang salah selama ini?” kataku menambah tangisanku. Isak tangisku terdengar oleh Vhe dan Gea. “kenapa dia?” tanya Vhe dan Gea. “kamu tidak salah mencintai dia tetapi kamu hanya belum beruntung mendapatkanya,” hibur Ze. Ze berbisik kepada Gea dan Vhe atas semua ini. “sudahlah Dis, kenapa harus menangis karena cinta?” hibur Gea. “iya, dia bukan sosok yang baik untuk kamu. Banyak cowok yang mau sama kamu di luar sana. Bahkan lebih baik dari Reza,” ungkap Vhe memberi semangat. Aku terharu dengan semuanya. Aku memeluk erat tubuh ketiga sahabatku itu dengan penuh keikhlasan dan aku tau dia bukanlah untukku.
(by : Wahyu D. Pertiwi)





Cerpen Ayah - KOSONG

“Ada apa Yah?”
“Tidak apa-apa nak. Cuma tangan Ayah rada sakit.”
“Sakit? Yang sebelah mana Yah? Biar Cika pijitin.”
“Beneran nih? Entar jangan-jangan gak niat, cuma omong
doang.”
“Iiiih Ayah. Orang Cika lagi serius juga. Ya udah kalau nggak
mau dipijitin, kan
Cika yang untung. Weeeeek...”
“Hahaaa, iya-iya..nih, sebelah sini nih yang sakit. Dipijitin yang
bener ya nak,
nanti kalau ada pentholnya Lek Ndhut Ayah beliin.”
“Beneran? Sir, yes sir!!”

Sore itu, tidak terasa firasat apapun. Kedua orang ini, Cika dan Maryono, anak dan bapak melakoni kebiasaan mereka sehari-hari atau mungkin sesore-sore, bercengkerama di kursi teras. Sedangkan ibunya, Surhaningsih menyiapkan makan malam di dapur. Mereka selalu bercanda ria, melepas dan mencurahkan semua penat masing-masing, menceritakan apa yang telah mereka alami di pagi hari tadi kepada masing-masing pula.


Riang serta gembira. Begitulah kata-kata yang dapat melukiskan suasana di dalam keluarga harmonis ini. Cika setiap sore menunggu kakaknya pulang dari sekolah bersama dengan ayah dan ibunya. Haaaah, memang membahagiakan bukan kepalang. Setelah kakak datang, mandi, kemudian mereka berempat menunaikan ibadah Sholat Maghrib bersama. Ayah menjadi imam, yang lainnya menjadi makmum. Setalah sholat Maghrib, mereka makan bersama sambil menonton televisi di ruang keluarga.


Kemudian dilanjutkan kembali acara curhat. Saat ini giliran sang kakak yang menceritakan keluh kesahnya terhadap hari itu. Tentang teman-temannya, pacarnya...cuit cuiiit, dan yang utama tentang pelajaran yang diterimanya. Bisa dibilang keluarga ini adalah salah satu keluarga berpendidikan. Meskipun orang tua bekerja sebagai seorang petani, anak-anaknya sering mendapat ranking di kelas. Hal tersebut juga merupakan didikan kedua orang tua ini yang mengajarkan kepada anaknya cara-cara tertentu agar berhasil dalam belajar.


Setelah acara curhat selesai, mereka akan guyon-guyon alias bercanda. Dan anggota keluarga yang paling sering bercanda antara satu dengan yang lain adalah Cika dan bapakanya. Ia dan ayahnya sering bercakap-cakap dengan cara membolak-balik kata. Misalkan ia berkata: “Aku pengen tuku bakso (aku ingin beli bakso)”, dibalik secara tidak beraturan menjadi “Ka’u ngepen ukut sakbo”. Kemudian, ia dan ayahnya juga sering bermain teka-teki dengan taruhan uang, dan paling sedikit adalah Rp.5.000,-. Misalkan ada teman Cika yang meminjam alat gosok di rumahnya. Ayahnya berkata,”Habis.....apa Cik? Lanjutkan! Nanti ayah beri uang Rp.50.000,- kalau benar.” Maksud aslinya yaitu habis pinjam dikembalikan. Tetapi yang menjadi jawabannya adalah merupakan makna tersendiri di luar maksud aslinya.


“Hmmmmm....apa yha...? Habis gelap terbitlah terang
mungkin?”, Cika menerka.
“Adduuugh!! Sontoloyo!!! Kok yha beneer....ayah kan jadi rugi
Cik. Ckck. Priben tho.”
“Lha kan yang suruh tebak ayah sendiri...jadi yang salah
siapa? Yang untung siapa? Hahahaaaaaaaaa.......”
“Ya udah. Ayah nyerah degh. Anak muda memang pintar
bercicit”
“Owww...so pasti donk. Mana uangnya?”
“Heheee...berhubung ayah belum punya uang, gimana kalau
besok ayah cari, tetapi cari uang kan butuh tenaga, makanya
kamu pijitin sekarang. Gimana?”
“Ahh ayaaaah......yo wes nho.”
“Siiiiippp..”

Ia juga paling suka menggigit dengkul ayahnya itu. Setelah tergigit, ayahnya akan menyerangnya balik dengan menggelitikinya hingga ia ketawa ngakak. Apabila perang ini terus saja berlanjut, geledeg dari mulut ibunyalah yang akan menghentikannya. Merekan berdua akan diam seketika apabila hal ini terjadi. Hanya sang kakak saja yang masih berani cengengesan melihat tingkah laku keluarganya.

Malam itu, ayahnya terbangun karena merasakan sakit di tangan sebelah kanannya. Ibunyapun juga ikutan terbangun. Mereka akhirnya tidak bisa tidur, karena sekali terbangun, ayahnya tidak akan bisa tidur kembali, dan terpaksa ibunya menemani. Mereka aka bercerita tentang tetangga-tetangga yang kadang membuat jengkel, dan topik yang paling sering adalah mengenai anak-anaknya.


Paginya, tangan ayahnya kambuh lagi. Mereka segera memeriksakannya ke dokter di Madiun. Bagai ada petir yang menyambar kepala mereka, bagai terperosok ke dalam jurang terdalam di Arizona, kabar itu menusuk hati mereka. Ayahnya difonis menderita penyakit tumor ganas di dekat paru-paru kiri. Fonis ini telah dapat dipastikan benar karena telah dilakukan berbagai uji laboratorium.



Segera setelah mendengar kabar buruk ini para tetangga datang memberi dorongan keluarga ini bahwa ayah Cika akan segera sembuh. Meskipun Cika tahu bahwa hal ini mustahil terjadi, namun ia tetap percaya akan keajaiban Tuhan.


Tanpa pikir panjang, mereka pada memutuskan agar ayahnya dirawat inap di rumah sakit umum daerahnya. Cika tetap menjalani kehidupannya sebagai seorang anak yang berbakti sekaligus pelajar seperti biasanya, meskipun pikirannya masih agak terganggu perihal ayahnya. Setiap pulang sekolah ia nebeng tetangganya yang akan menjenguk ayahnya. Semua aktifitas dilakukannya di rumah sakit. Mandi, sholat atau ibadah lain plus berdo’a untuk kesembuhan ayahnya, makan, tidur, bahkan belajar pun dilakukannya di sana. Tidak pernah sekalipun ia meninggalkan ayahnya barang sehari. Kemudian esok harinya, ia nebeng lagi dengan pamannya yang belanja sayur di pasar untuk dijual di daerahnya. Ia mandi, ganti baju, dan sarapan di rumah. Baju-bajunya dicucikan oleh bibinya. Setelah pulang sekolah ia kembali menghabiskan waktu bersama ayah dan keluarganya di rumah sakit. Demikian hal ini diulang-ulang selama kurang lebih satu minggu.


Setelah kurang lebih satu minggu ayahnya dirawat inap di rumah sakit itu, pihak rumah sakit mengusulkan untuk mem-bawa ayahnya ke Rumah Sakit Moewardi di Solo untuk men-dapat perawatan lebih lanjut. Mendengar keputusan ini, hati Cika sangat ngilu. “Ya Allah, penderitaan apa lagi yang Kau berikan kepada ayahku. Berilah ia kesembuhan ya Allah.”. Ia terus berdo’a sepanjang waktu. Tak ‘kan bisa ia tidak melihat wajah ayahnya barang sehari saja, karena , ayahnyalah yang membuatnya berlari kencang mengejar prestasi. Tapi mau apa lagi. Bila ini memang jalan terbaik agar ayah tercintanya bisa sembuh, ia merelakannya pindah ke Solo.


Ketika ayahnya telah resmi menjadi pasien RS Moewardi di Solo, ia kembali menekuni aktifitasnya seperti sehari-hari sebelum ayahnya sakit. Hanya bedanya, ia menjalani detik-detik subuh hingga petang tidak lagi bersama sang keluarga terkasih, tetapi bersama paman-bibinya yang bertempat tinggal di seki-tar rumahnya. Sungguh malang nasibnya. Ia tidak memiliki te-lepon untuk menelepon ayah, ibu serta kakanya di Solo sana. Ia berusaha keras memendam rasa kangen yang sangat sangat ke-pada mereka. Tidak pernah sekalipun ia menangis. Ia berusaha menjadi seorang gadis yang tegar dan tabah di mata orang lain. Teman-teman di sekolah pun berusaha menghiburnya, tetapi sekali lagi, Cika tak pernah tidak menunjukkan keceriaan dan kejahilannya, meskipun di dalam, ia serasa ingin menjerit, lari dari kenyataan pahit dunia.


Suatu hari, kabar terburuk sedunia itu pun datang. Pera-saan yang menusuknya ini tidak akan bisa dilukiskan dengan kata-kata. Sungguh, sungguh mustahil dipercaya. Inalilahi wainailaihiroji’un. Ia telah kehilangan ayah tecinta, terkasih dan ayah nomor satu di dunia-nya. Cika. Kali inilah pertama kalinya aku melihat matanya bercucuran banyak air mata. Ia menjerit-jerit histeris, mengungkapkan rasa tidak terima, marah dan kecewanya kepada Tuhannya. Sangat menyedihkan melihat Cika yang seperti ini.


“Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaak!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Ayaaaaaaaaaaaaaaaahh........kembalilah!!!! Ya Allah, kau tega ya Allah. Mangapa Kau mengambilnya dariku? Buat apa Kau menciptakan seorang ayah yang sempurna untukku apabila pada akhirnya Kau rampas lagi ia dariku? Aku belum sempat mengucapkan rasa terimakasihku untuknya. Aku belum sempat mengucapkan berjuta maaf kepadanya. Ya Allah, cobaan apa ini? Apakah Kau ingin menguji rasa sayangku kapadanya? Apa Kau hanya ingin bermain dengan perasaanku? Atau mungkin, Kau ingin menguji imanku kapada-Mu? Ya Allah, kembalikan dia. Kumohon..........”Tangisan dan teriakan Cika membahana di seluruh sudut lingkungan sekitar rumahnya. Apalagi semua orang telah berkumpul di depan rumahnya karena mendengar berita ini.


“Sudahlah Cik, jangan kau hakimi Allah dengan diambilnya nyawa ayahmu. Relakanlah ia pergi. Biarkan ia tidur nyenyak di sana. Ini sudah merupakan sebuah takdir. Apakah kau ingin melihat ayahmu menderita karena tidak lekas sembuh, ataukah kau ingin melihat ayahmu tidur dengan sebuah senyuman tersungging di bibirnya?”, bibinya berkata.


“Aku ingin ia tidur dengan nyaman dan tenang”, Cika menjawab.
“Baiklah. Kalau begitu. Sekarang dengarkan kata-kata bibi. Berhentilah menangis, ambil air wudhu, lakukanlah ibadah Sholat Maghrib selama yang kau mau. Kami akan berada di sini menunggumu”, bibinya berkata.


“Baiklah Bi.”
Cika segera menghapus eluh di pipinya. Ia berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Kemudian ia menjalankan sholat Maghrib dengan kusyu’ dan memohon maaf kepada Allah karena ia merupakan salah satu hamba yang durhaka kepada-Nya.


“Ya Allah, maafkan diriku yang memalukan dan rendah ini yang telah menghina-Mu. Aku memohon ampunanmu untuk memaafkan semua kesalahanku kepada-Mu ya Allah. Bukakan-lah pintu terang yang dapat membawaku kepada perasaan sadar bahwa ayahku adalah Kau yang menciptakan, sehingga dapat Kau ambil kapanpun Kau mau. Jauhkanlah diriku dari segala setan yang dapat membuatku ingkar kapada-Mu ya Allah. Ya Allah, kali ini tolong kabulkanlah permintaanku. Aku ingin agar ayahku dapat tidur tenang, tentram, serta nyaman disisi-Mu. Jauhkanlah ia dari siksa api neraka serta siksa kubur. Terimalah semua amal ibadahnya ketika ia masih Kau beri nafas. Ampunilah dosa-dosanya. Pertemukanlah kembali kami sekeluarga di dalam surga-Mu.

Dan, bagi kami yang ditinggalkan kumohon, berikanlah kami kesabaran dan ketawakallan, serta keikhlasan untuk melepaskannya pergi. Berikanlah kami iman yang kuat, sehingga dapat selalu menjadi hamba yang berbakti kepada-Mu. Amin, amin, amin ya robbal ‘alamin.”, pinta Cika kepada Tuhannya.


Jenazah ayahnya telah tiba. Ia membuka kainnya, dan melihat wajah ayahnya yang tampan dan rupawan di sana. “Jangan, jangan menangis Cik. Tahanlah! Jangan membuat ayahmu terluka!”, batinnya.


Semua pelayat menangis tersedu-sedu tidak percaya akan hal ini. Ibu, kakak, paman serta bibi baik yang dari ayah ataupun ibunya, semua pada menangis. Tetapi Cika tidak. Ia telah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa setetes air matapun tak kan jatuh di hari itu.


Jenazah telah dimandikan, disholatkan dan siap diantarkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Sebagian pelayat ikut memakamkan atau lebih tepatnya melihat prosesi pemakaman dan sebagian lagi menemani ibunya Cika di rumah.


Mereka telah sampai di tanah makam dan bersiap manguburkan ayahnya, tatapi Cika berteriak. “Tunggu!!!” Kemudian ia bersajak....

    “Ayah.......
    Kutahu kau mendengarku....
    Kutahu bahwa kau tahu ini suara anakmu.....
    Meskipun ku tahu kau takkan mampu dan tak kan pernah
    mampu lagi membalas kata-kataku untukmu, tetap ‘kan ku
    ungkapkan apa yang ada dalam lubuk hatiku...
    Maaf, terima kasih dan selamat jalan ayah tercinta, ayah
    kebanggaan, ayah sepanjang hayat dan ayah ternomor satu di
    dunia-ku.......
    Semua cinta, perhatian, keringat, serta pengorbanan yang
    telah kau curahkan kepadaku takkan kulupakan sepanjang
    diriku masih diberi nafas hingga menjemput ajal..
    Jo’o ilal, sayempan dukug mpamir nang pingiku basen
    binge....eok?
    (Ojo lali sampeyan kudug mampir neng ngipiku saben
    bengi...oke?)
    (Jangan lupa, kau harus singgah di setiap mimpiku.....oke?)”


Pemakaman telah usai. Ia dan kakaknya masih saja duduk di samping nisan ayahnya. Mereka bersama-sama mengenang masa-masa yang telah mereka lalui bersama sang ayah. Mereka berjanji satu sama lain, mulai saat ini tak kan pernah lagi tinju-tinjuan seperti dulu. Mereka berjanji akan selalu datang dan menjenguk ayahnya di setiap hari Minggu. Mereka berjanji mulai saat ini akan membanggakan ayahnya dengan berprestasi setinggi mungkin. Mereka berjanji akan membawa nama harum ayah serta ibunya hingga nanti mereka tak diberi nafas lagi. Dan, mereka berjanji pula untuk membahagiakan ibunya yang merupakan titipan ayahnya.



Keesokan harinya Cika masuk sekolah. Teman sekelas berusaha mati-matian untuk membuatnya tertawa. Jangankan tertawa, membuatnya tersenyum saja sudah minta ampun susahnya kok. Mulai saat itulah ku tahu, bahwa Cika telah kehilangan separuh dari keceriaan, kejahilan, dan kekocakannya selama ini. Mulai saat itu pula ku tahu bahwa cahaya yang dulu kulihat selalu terpancar dari matanya telah menghilang separuh. KOSONG. Begitulah yang kulihat ketika kami beradu pandang. Sabar ya sobat. Cobaan akan selalu datang pada hamba yang disayang Tuhannya.


    Cerpen ini kupersembahkan untuk ayahku tercinta, ayahku nomor satu
    di dunia, ayah kebanggaan, dan ayah tersempurna di antara ayah yang pernah ada.

    Ayah,...maaf, terima kasih, dan selamat jalan....


    Love u 4ever dadddd....................

Puisi

 Ingatkah Kau



Ingatkah kau…
Pertama kali kau genggam jemariku
Melabuhkan perahu cinta didermaga ku
Mengubur rasa malumu,meski sempat bangkit
Meruntuhkan dinding mulutmu,meski sempat kelu

Saat itu…
Kurasakan aliran deras darahmu
Bergemuruh menelan ombak perbedaan
Kurasakan kesungguhan ucapmu
Mersuk keseluruh rongga tubuh

Lalu…
Bersama, kita merajut benang merah bersulam kasih

Namun…
Kenapa kau nyalakan api cinta dihatiku
Hingga membakar habis jiwaku
Menyisakan puing-puing kekecewaan
Dan kini kau berani nyalakan kedua buah hati berbeda
Bila akhirnya perlahan kau padamkan.




Kerinduan Bukan Kenangan
May 26, 2012 By Admin
Kerinduan Bukan KenanganReviewed by Admins on May 26.Rating: -

Seperti apa aku dulu, berbeda dengan aku kini.
seperti apa cintamu dulu, tak lagi milikku kini.

hembusan nafas mu, masih terasa di bawa angin padaku.
hembusan kenangan ini, masih jelas terbawa oleh memori.

bukan aku kejam, menghapusmu selamanya dari hidupku.
bukan aku tega, melepaskanmu dan mengakhiri semua tentang kita.

ini lah rindu ku, yang terhempas oleh angin ke arahmu.
yang terlepas dari sangkar hatiku, karena sudah tak bisa ku tahan lagi.

biar aku kenang kisah ini, untuk terakhir kalinya.
rindu yang semestinya tak boleh kumiliki.
biar ku abadikan ini dalam doa..

maaf aku sudah jadi luka bagimu, bebaskanlah hatimu itu.
agar ada seorang yg mampu mengobatinya,
yang akan menjadi pengganti ku, menemanimu hingga akhir waktu…

Jumat, 25 Mei 2012

urutannama pacarHobby PacarTarget Pacar Baruhambatan
pertamaItaTinjuTataistri orang
pertamaItaTinjuTataistri orang

Jumat, 18 Mei 2012

Cara Alami Usir Ketombe


Ketombe adalah suatu kondisi medis yang cukup serius. Serpihan putih tersebar di kulit kepala suatu hal yang menjengkelkan. Bayangkan jika sedang dalam pertemuan penting, anda harus menggaruk-garuk kepala gara-gara ketombe.
Bagaimana anda bisa menikmati kencan dan makan malam jika di punggung anda bertabur serpihan ketombe? Atau jika anda sedang makan siang dengan atasan lalu saat anda membungkukkan badan terlihat sebuk putih di rambut anda. Hal itu tentu tak ingin menimpa anda.

Bila anda ternyata bermasalah dengan ketombe, sebenarnya ada cara mengatasinya secara alami. Ketombe dapat hilang dari kehidupan anda dengan beberapa cara berikut ini :

1. Gosokkan lemon ke kulit kepala , gosokkan secara sistematis. Dan pastikan tidak ada yang dibiarkan ada yang belum tergosok. Lakukan setenga jam sebelum keramas. Hal ini lebih efisien dilakukan saat waktu luang di rumah.

2. Pijat rambut anda dengan minyak kelapa murni (virgin coconut oil) dan biarkan untuk sementara waktu. Perawatan dengan dengan minyak kepala memiliki sifat anti jamur. Untuk meningkatkan efisiensi pengobatan ini, tutup kepala anda dengan handuk panas. Semakin lama menutupnya, maka pengobatannya akan lebih efektif.

3. Gunakan fenugreek (methi) untuk membersihkan ketombe. Rendam dua sendok makan biji fenugreek dalam air lalu diamkan semalaman. Biji fenugreek akan lebih lembut pada keesokkan harinya. Keesokkan harinya, hancurkan lalu oleskan pada rambut anda dan diamkan selama 20 menit lalu dibilas.

4. Pengobatan dengan handuk hangat bisa anda coba. Rendam handuk dengan air hangat lalu peras. Gunakan handuk itu untuk menutupi rambut anda dan biarkan selama sepuluh menit.

5. Gunakan larutan air dan cuka . Ambil satu sendok makan cuka dan campurkan dengan enam sendok makan air. Simpan campuran ini selama satu malam. Dan saat paginya ketika anda ingin keramas, campurkan campuran cuka tersebut dengan shampoo herbal yang baik.

6. Minum air mineral yang cukup. Dengan meminum air yang mengandung mineral yang cukup, akan membantu anda mengatasi ketombe.

7. Memijat kepala saat keramas . Pijatlah rambut anda secara lembut dan menyeluruh dari leher sampai kepala. Ini bisa membantu meningkatakan sirkulasi darah dan menghilangkan serpihan ketombe yang telah terakumulasi pada kulit kepala anda.
Jika anda mempunyai masalah ketombe yang cukup serius, anda butuh kesabaran dalam melakukan cara tersebut. Tak mungkin masalah ketombe hilang dalam waktu semalam. Namun upaya menggabungkan shampoo dengan bahan alami akan lebih membantu menghilangkan ketombe anda dalam jangka panjang. Tetapi, jika masalah ini terus berlanjut dan tak kunjung hilang, anda tidak perlu berfikir panjang untuk berkonsultasi ke dokter.